11/13/2014

Nabi Ibrahim Pembawa Agama Tauhid

Nabi Ibrahim ialah seorang pejuang yang mampu membebaskan pemahaman manusia dari sesuatu kepercayaan seperti itu karena dianggapnya tidak masuk akal. Mufasirin pun meletakan kisah Ibrahim sebagai sesuatu yang sangat penting untuk mengkonstruksi pemahaman manusia atas Tuhan. Dia, Nabi Ibrahim memperkenalkan paham ‘Tauhid’ bahwa Allah itu ‘Satu’ dan konsep politheisme, adalah cara berpikir yang salah dan tidak masuk akal.

Nabi Ibrahim sebagai pembawa agama tauhid ditugaskan oleh Allah untuk menyampaikan keberadaan risalah baru, yakni satu konsep agama yang lebih masuk akal.

Namun, masa pra Nabi Ibrahim bisa dipahami sebagai periode tolerasi dimana Allah masih membuka keselamatan bagi kaum agama Ardi.

Toleransi ini boleh jadi ada kondisi sosial masyarakat sebelum Ibrahim belum mempergunakan akalnya karena akal pun mesti berevolusi untuk mencapai tingkat pemahaman yang sempurna khususnya konsep ketuhanan.

Satu ayat berbunyi,



“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Shabiin, siapa saja (diantara mereka) beriman kepada Allah dan hari akhir dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut kepada mereka dan mereka tidak bersedih hati” (QS, 2: 62).

Ayat ini adalah isyarat ada satu fase toleransi Allah, tetapi dengan mengunci dan memberi batasan, asalkan beriman kepada Allah, percaya hari kiamat, dan berbuat baik, akan bisa selamat di hari akhir.

 Sebagaimana pernah dijelaskan, shabiin ialah kelompok penyembah bintang. Penyembah bintang menurut ahli tafsir sudah mulai ada sejak zaman Nabi Nuh. Ada dua corak pemahaman penyembahan atas bintang-bintang tersebut. Kelompok pertama menganggap bintang hanya sebagai media atau simbolisasi wujud Tuhan semesta alam. Kelompok kedua menganggap bintang adalah tuhan yang sebenarnya. Dalam ayat diatas, bahwa yang akan diselamatkan Allah ialah, dibatasi dengan kalimat “beriman kepada Allah” berarti kepercayaan akan Allah dan bintang hanya sebagai media penyembahannya saja. Kelompok ini ialah kaum

Majusi yang mempercayai ada kekuasaan Tunggal di balik alam semesta namun mereka menyembah bintang hanya sebagai media saja. Sedangkan pembatasan kedua ialah “mempercayai hari akhir’ dikarenakan ada ajaran yang tidak mempercayai hari akhir seperti Hindu dan Budha. Dan ketiga ialah “melakukan kebajikan” ialah substansi nilai, norma, dan moral yang berlaku atas seluruh manusia. Amal baik ialah sesuatu yang menjadi dasar bagi Allah untuk menimbang keputusannya atas manusia.
(Sumber: Matahari Terbit dari Barat)

0 comments:

Posting Komentar