5/13/2017

TAZKIYATUN NAFSI


 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Tazkiyatun Nafsi merupakan hal yang penting yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, sudah sepatutnya kita teladani dan kita amalkan. diskusi ini akan menjelaskan secara singkat apa yang dimaksud dengan Tazkiyatun Nafsi itu. Diskusi akan membahas pngertian, sarana Tazkiyatun Nafsi, dan hasil dari Tazkiyatun Nafsi.
 
Padahakikatnya tazkiyatun nafs adalah pembersihan diri dari kotoran hati. Seperti do’a Nabi Ibrahim As untuk anak cucunya dalam QS. Al-Baqarah: 129
 
Yang artinya: 129. Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al- Kitab (al- Quran) dan al- Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.[1]
 
Jelas bahwa tazkiyatun nafs termasuk misi para rosul, kepada orang-orang yang bertaqwa, dan menentukan keselamatan atau kecelakaan disisi Allah. Tazkiyahhati dan jiwahanya bisa dicapaidengan ibadah dan amal perbuatantertentu. Tazkiyatunnfs yang membedakan antara manusia dan hewan. Karenatazkiyatunnafs adalah kesucian jiwa seseorang dari syahwat yang merugikan dirinya sendiri.
Untuklebihjelasnya, akan kami bahaspadababselanjutnya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah tazkiyatun nafs itu?
2.      Apakah sarana tazkiyatun nafs itu?
3.      Apakah tujuan tazkiyatun nafsitu?
4.      Apakah asil tazkiyatun nafs itu?

C.    Tujuan
Agar kita tahu apa itu tazkiyatun nafs untuk kehidupan spiritual kita, Karena dengan kita mengamalkannya hidup kita akan lebih bermanfaat untuk diri sendiri maupun orang lain.Dan juga tahu tentang berbagai sarana dalam membersihkan diri, dan tujuan dari kesucian jiwa manusia berdampak baik atau tidak. Lalu hasil dari pembersihan diri itu seperti apa.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    PengertianTazkiyatunNafs
Secara etimologis punya dua makna,yaitu penyucian dan pertumbuhan. Secara istilah, yaitu penyucian jiwa dari segala penyakit cacat, merealisasikan berbagai maqam padanya, dan menjadikan asma’ dan sifat Allah sebagai akhlaknya.
Jadi, tazkiyatunnafs adalah pembebasan jiwa dari berbagai najis yang mengotorinya, berbagai hawa nafsu yang keliru, berbagai perangai kebinatangan yang nista, penentangan terhadap rubbubiyah, dan berbagai kegelapan.

B.     SaranaTazkiyyah
Sarana tazkiyah adalah berbagai amalan yang berpengaruh baik terhadap jiwa yang berpenyakit. Sarana ini akan menyembuhkan jiwa dari penyakit yang berpengaruh buruk pada akhlak.Dalam sarana ini ada berbagai amalan yang berdampak positif, sehingga dengan sarana tersebut jiwa terbebas dari penyakit atau mencapai maqam keimanan atau akhlaq islami.
 
Sarana tersebut adalah:
 
1.      Sholat
Sarana tertinggi dari rasa syukur pada Allah. Jika shalatnya sempurna maka jiwa dan hati tersucikan. Shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar.
 
2.      Zakat dan Infaq
Dapat membersihkan jiwa dari bakhil dan kikir. Menyadarkan manusia bahwa pemilik harta yang sasungguhnya adalah Allah, dan semua akan kembali pada Allah Sang Pemilik segalanya.
 
3.      Puasa
Pembiasaan jiwa untuk mengendalikan syahwat dan kemaluan. Bukan hanya sekedar menahan haus dan lapar dari terbit fajar sampai matahari tenggelam, tapi juga mengekang hawa nafsu, dan melatih kesabaran dari keinginan nafsu duniawi.
 
4.      Dzikir dan Pikir
Dzikir dan pikir adalah pembuka hati manusia untuk menerima ayat-ayat Allah. Berbagai dzikir dapat memperdalam iman dan tauhid di dalam hati,” ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram. “Dengan demikian jiwa bisa mencapai derajad tertinggi dari tazkiyyah.
 
5.      Mengingat Kematian
Mengingat kematian agar manusia tidak ingin menjauh dari pintu Allah, sombong, sewenang-wenang atau lalai, dengan begitu akan dapat mengendalikannya lagipada ‘ubudiyah-Nya dan menyadarkannya bahwa tidak memiliki daya sama sekali di hadapan Allah.
 
6.      Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Hal yang paling efektif untuk menanamkan kebaikan kedalam jiwa sebagaimana perintah melakukan kebaikan, dan menjauhkan jiwa dari keburukan sebagaimana larangandariNya.

C.    TujuanTakiyatunNafs
 
1.      Tathahhur (upaya penyucian diri)
Yaitu upaya membersihkan jiwa mulai dari meninggalkan segala keburukan yang telah dilakukan di masa lalu. Upaya ini dimulai dengan taubatan nashuha, yaitu taubat dan berjanji tidak akan mengulangi lagi segala kesalahan yang telah dilakukan seperti mengotori jiwa, dan hati. Misalnya, berdusta, khianat, mengingkari janji, hasud, riya’, dan lain sebagainya. Dengan cara mengosongkan diri dari segala perilaku buruk tersebut, jiwa akan terasa kosong dari penyakit-penyakit hati tersebut.
 
2.      Takhallaq (upaya menghiasi diri dengan akhlak al karimah)
Setelah seseorang berusaha mensucikan diri dari perbuatan kotor pada jiwanya, maka dia harus berupaya mengisi kekosongan jiwanya itu dengan berbagai kebaikan dan akhlak yang mulia di mata Allah. Semua sifat buruk yang telah di buang diganti dengan sifat baik seperti, jujur, amanah, tawakal, sabar, tawadhu’, dan masih banyak sifat lain yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain, bahkan untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat.
 
3.      Tahaqquq (upaya merealisasikan kedudukan-kedudukan mulia atau biasa disebut Maqomatul Qulub)
Upaya ini merupakan puncak dari proses tazkiyatun nafs. Karena cara terakhir ini merupakan jalan untuk mendekatkan diri pada Allah sedekat mungkin, sehingga ia akan memperoleh tempat yang mulia disisi Allah. Cara ini tidak mudah, karena harus melewati berbagai maqamat atau tingkatan dalam mendekatkan diri pada Allah.[2]
      
    Tingkatan itu di tentukan melalui seberapa besar usahanya untuk selalu dekat dengan Allah dengan keistiqomahannya. Untuk istiqomah bukanlah hal yang mudah, karena itu perlu kesabaran dan ketabahan yang luar biasa, dan hanya orang yang benar-benar kuat imannya dan telah dipilih oleh Alloh yang bisa melewati segala godaan yang menghadangnya.

D.    Hasil Dari TazkiyatunNafs
Aktifitas-aktifitas tazkiyat yang dapat mencontoh Rasulullah saw ini dapat menghasilkan buah-buah ‘amaliyah, buah-buah ini disebut Tsamaratut-Tazkiyyah, yaitu :
 
1.      Dhabtul-Lisan (lisan yang terkontrol)
Rasululloh menjadikan lurusnya lisan sebagai syarat bagi lurusnya hati, dan menjadikan lurusnya hati sebagai syarat lurusnya iman.
Rasulullah SAW bersabda:
لا يستقيم إيمان عبد حتى يستقيم قلبه ولا يستقيم حتى يستيم لسانه
Artinya :
            Keimanan seseorang hamba tidak akan lurus sebelum lurus hatinya, dan hatinya tidak akan lurus sebelum lurus lisanya (HR Anas bin Malik).
Selanjutnya Rasulullah bersabda:
من كان يؤمن باالله واليوم الأ خرفليقل خرأوليصمت
Artinya :
Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.
Hadis ini memuat perintah Rasulullah untuk berbicara yang baik-baik atau diam jika pembicaraan itu tidak baik (tidak bermanfaat). Apabila perintah Rasulullah ini dilaksanakan maka akan dapat memetik buah dari tazkiyah, yaitu seorang muslim dapat mengontrol lisanya sehingga ia akan senantiasa terjaga lisanya dari perkataan tidak baik.
Membiasakan lisan untuk selalu dzikrulloh daripada menyuarakan hal-hal yang tidak bermanfaat akan berakibat kerasnya hati. Jika seseorang beriman kepada Allah dan hari akhir maka orang tersebut akan selalu berkata yang baik dan bermanfaat, dan jika dia tidak bisa berkata baik dan bermanfaat maka dia akan diam. Dengan begitu maka ia akan dapat mengontrol lisannya untuk selalu berkata yang baik dan bermanfaat.

2.      Iltizam bi adabil ‘ilaqat (komitmen dengan adab-adab pergaulan)
Ada 4 macam klasifikasi manusia dalam pergaulan:
 
a.       Segolongan orang yang bergaul dengan mereka ibarat mengkonsumsi makanan bergizi. Ia dibutuhkan siang dan malam, jika orang lain membutuhkan maka mereka akan mendatanginya. Dan jika urusannya selesai, maka mereka akan pergi, dan akan kembali lagi jika mereka membutuhkannya lagi. Segolongan orang tersebut adalah para ulama’, ahli ma’rifatullah, memahami perintah Allah, mengerti tipu daya musuh-musuh Allah, dan memiliki ilmu tentang segala penyakit hati serta obatnya. Mereka adalah orang-orang yang dekat dengan Alloh, yang setia pada Allah, kitabNya, rasulNya, dan seluruh makhluknya. Bergaul dengan mereka merupakan suatu keberuntungan yang nyata.

b.      Segolongan orang yang bergaul dengan mereka ibarat mengkonsumsi obat. Ia di butuhkan saat sakit, selama sehat tidak diperlukan bergaul dengan mereka. Mereka adalah para profesional dalam urusan muamalat, bisnis, dan yang semisalnya. Bergaul dengan mereka dapat melancarkan urusan ma’siyah kita.

c.      Segolongan orang yang bergaul dengan mereka ibarat mengkonsumsi penyakit.Yaitu orang-orang yang bisa berdampak buruk bagi kehidupan seseorang. Orang-orang seperti itu tidak akan membawa manfaat dunia maupun akhirat.
d.      Segolongan orang yang bergaul dengan mereka adalah kebinasaan total. Jika ada seseorang yang tak sengaja mendatanginya pun sudah merupakan suatu kerugian. Mereka ibarat racun. Golongan ini banyak sekali, mereka adalah ahli bid’ah dan kesesatan, penghalang sunnah rasulullah penyeru pada perselisihan.
 
E. Pentingnya Tazkiyatun Nafs [Penyucian Jiwa]
Pentingnya tazkiyatun nafs tercermin dalam dalil-dalil berikut. Coba antum perhatikan dan renungkan dalil-dalil berikut. oke?!
 
Dalil pertama. Hadits Nabi shallallahu’alayhiwasallam:
(BUKHARI – 50) : Telah menceritakan kepada kami Abu Nu’aim Telah menceritakan kepada kami Zakaria dari ‘Amir berkata; aku mendengar An Nu’man bin Basyir berkata; aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Yang halal sudah jelas dan yang haram juga sudah jelas. Namun diantara keduanya ada perkara syubhat (samar) yang tidak diketahui oleh banyak orang. Maka barangsiapa yang menjauhi diri dari yang syubhat berarti telah memelihara agamanya dan kehormatannya. Dan barangsiapa yang sampai jatuh (mengerjakan) pada perkara-perkara syubhat, sungguh dia seperti seorang penggembala yang menggembalakan ternaknya di pinggir jurang yang dikhawatirkan akan jatuh ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki batasan, dan ketahuilah bahwa batasan larangan Allah di bumi-Nya adalah apa-apa yang diharamkan-Nya. Dan ketahuilah pada setiap tubuh ada segumpal darah yang apabila baik maka baiklah tubuh tersebut dan apabila rusak maka rusaklah tubuh tersebut. Ketahuilah, ia adalah hati”.
 
Dalil kedua. Hadits Nabi shallallahu’alayhiwasallam:
 
(IBNUMAJAH – 1883) : Telah menceritakan kepada kami Bakr bin Khalaf Abu Bisyr berkata, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Zurai’ berkata, telah menceritakan kepada kami Dawud bin Abu Hind berkata, telah menceritakan kepadaku Amru bin Sa’id dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas bahwa nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “al hamdulillah nahmaduhuu wa nasta’iinuhu wa na’uudzu billahi min syuruuri anfusinaa wa min sayyiaati a’maalinaa man yahdihillahu falaa mudlillalah wa man yudllilhu falaa haadialah wa asyhadu an laa ilaaha illa allah wahdahuu laa syariikalah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhuu wa rasuuluhu, amma ba’du (segala puji bagi allah, kami memuji dan meminta tolong kepada-nya. Kami berlindung kepada allah dari keburukan jiwa dan amalan buruk kami. Barangsiapa diberi petunjuk oleh allah tidak ada kesesatan baginya dan barangsiapa diberi kesesatan oleh allah tidak akan ada petunjuk baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain allah semata yang tidak ada sekutu bagi-nya. Dan aku juga bersaksi bahwa muhammad adalah hamba dan utusan-nya. Amma ba’du).”
 
Penjelasan: Pada doa ini Nabi shallallahu’alayhiwasallam memohon perlindungan kepada Allah terhadap keburukan jiwa beliau. Jika beliau yang ma’shum saja minta perlindungan kepada Allah dari buruknya jiwa maka bagaimana lagi dengan kita yang tidak banyak salah dan lupa.
 
Firman Allah:
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. [Surat Asy-Syu’ara: 88-89]
 
Faidah perkataan ‘ulama mengenai “hati yang bersih” [qalbun salim]:

a. Ibnu Katsir berkata: “Pada waktu itu tidak ada lagi ada yang berguna kecuali :
Ø  keimanan kepada Allah,
Ø  keikhlasan kepadaNya
Ø  dan berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya”.
 
b. Ibnu Sirin berkata: “Hati yang bersih adalah hati yang meyakini:
Ø  Allah itu benar adanya
Ø  Hari kiamat benar adanya
Ø  dan Allah akan membangkitkan orang-orang yang berada dalam kubur”
 
c. Mujahid, Hasan Al-Bashri dan lainnya berkata: “ Hati yang bersih dari syirik”
 
d. Sa’id bin Musayyib berkata: “ Hati yang sehat itulah hati orang yang beriman sebab hati orang kafir itulah hati yang sakit”
 
e. Abu Utsman An-Naisabury berkata: “ Yaitu hati yang selamat dari bid’ah dan merasa cukup dengan Sunnah” ( Lihat: Tafsir Ibnu Katsir tentang ayat ini )
 
F. Tazkiyatun Nafs adalah Tugas Para Rasul
Perhatikan dalil-dalil berikut:
Pertama, firman Allah:
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, [Al-Jumuu’ah:2]
 
Kedua, Firman Allah:
Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah (As Sunah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. [Al-Baqarah: 151].
 
Faidah:
Syaikh ‘Abdurahman bin Nashir As-Sa’di menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan “Mensucikan Akhlak dan Jiwa” yakni:
Mendidiknya dengan akhlak yang baik dan mensucikannya dari akhlak yang jelek, seperti:
a. Kesyirikan diganti jadi tauhid
b. Riya’ diganti jadi ikhlas
c. Kedustaan diganti jadi kejujuran
d. Khianat diganti jadi amanah
e. Congkak diganti jadi tawadhu’
[Lihat: Tafsir: Taisirul Karimur Rahman Fi Tafsir Kalamil Mannan]
 
 
G. Keberuntungan Orang yang Menyucikan Jiwanya
Perhatikan ayat-ayat berikut. Firman Allah: Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu [Asy-Syamsu: 9]
Berkata Ibnu Katsir: “Beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya dengan cara taat kepada Allah dan menyucikannya dari akhlak tercela”. [Lihat: Tafsir Ibnu Katsir]
Firman Allah: Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman) [Al-A’laa: 14]
Imam Ath-Thabari berkata: “Sesungguhnya semua manfaat berpulang pada dirinya sendiri yaitu dia akan memperoleh ridha Allah, kebahagaiaan jiwa, dan keselamatan dari siksa-Nya yang diperuntukkan bagi orang kafir”. ( Lihat: Tafsir Ibnu Jarir Ath-Thabariy )

H. Sucinya Jiwa Seseorang di Bawah Kehendak Allah
Perhatikanlah dua ayat berikut: Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih? Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak dianiaya sedikit pun. [An-Nisa: 49]
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barang siapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [An-Nuur: 21].


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.      Tazkiyatun Nafsi sesuatu yang membersihkan jiwa dari kotoran-kotoran penyakit hati yang merupakan salah satu misi utama para Rasul Allah.
2.      Tajkiyah hati dan jiwa hanya bisa dicapai melalui berbagai ibadah dan amal perbuatan tertentu, apabila dilaksanakan secara sempurna dan memadai, seperti shalat, infaq, puasa, haji, dzikir. Fikir, tilawah al-Qur’an dan renungan. Maka dampak yang akan kits dapatkan adalah terealisirnya tauhid, ikhlas, sabar, syukur dan santun.
3.      Ada beberapa sarana dalam tazkiyah yaitu : shalat, zakat dan infaq, puasa dzikir dan pikir, mengingat kematian, dan amar ma’ruf nahi munkar.
4.      Adapun hasilnya dari Tazkiyatun Nafsi : lisan yang terkontrol dan komitmen adab-adab pergaulan.
tazkiyatun nafs adalah pembebasan jiwa dari berbagai najis yang mengotorinya, berbagai hawa nafsu yang keliru, berbagai perangai kebinatangan yang nista, penentangan terhadab rubbubiyah, dan berbagai kegelapan.
Berbagai sarana tazkiyatun nafs adalah sholat, zakat dan infaq, puasa, dzikir dan fikir, ingat akan kematian, dan yang terakhir yaitu amar ma’ruf serta nahi munkar.
Kemudian tujuan dari tazkiyatun nafs adalah mendekatkan diri pada Alloh agar kita mendapat ridhoNya dalam melakukan berbagai ibadah, sehingga ibadah yang kita lakukan bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat.


DAFTAR PUSTAKA

Khoiri, alwi, dkk. 2005. Akhlak / Tasawuf. Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga: Yogyakarta.
Nasution. 2005. Falsafat dan Mistisisme dalam Islam.bulan bintang:Jakarta.
Imam al-Ghazali. Ihya’ Ulumu al-Din, juz III.  Mesir.
Al qur’an Digital.
Abu Nu’aim Al-Atsari. 1422 H. Urgensi Penyucian Jiwa. Majalah Al-Furqan Edisi 1 Tahun Pertama. Gresik. Halaman. 16-17.
Ibnu Qayyim al-Jauziah dkk, Tazkiyatun Nufus, Ter. Imtihan asy-Syaafi’l, solo: Pustaka Arafah, 2001
Al-Qur’an dan Terjemah, Op. Cit.
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Medinah Munawwarah : Mujamma’ Khadim al-Haramain asy-Syafain al-Malik Fahd li thiba’at al-Mushshaf asy-Syarif, 1971 (1412 H).
Pokja Akademik. Akhlak Tasawuf. 2005. Yogyakarta: Penerbit UIN Sunan Kalijaga.
http://moehamadie.blogspot.co.id/2012/03/makalah-tajkiyatun-nafsi.html
http://meriindryani.blogspot.co.id/2016/05/makalah-tazkiyatun-nafs.html
https://mukhtashar.wordpress.com/category/tazkiyatun-nufus/


 [1] Al-Qur’an dan Terjemahnya, Medinah Munawwarah : Mujamma’ Khadim al-Haramain asy-Syafain al-Malik Fahd li thiba’at al-Mushshaf asy-Syarif, 1971 (1412 H), hal. 1064.
[2] Al-Qur’an dan Terjemah, Op. Cit. Hal. 469. Q.S Maryam ayat 59
[3] Ibid., hal. 225. Q.S Al-Ankabut ayat 25.
[4] Ibid., hal. 564. Q.S. Al-Lail ayat 18
[5] Ibid., hal. 43. Q.S Al-Baqarah ayat 28.
[6] Ibid., hal. 211. Q.S Anfal ayat 28.
[7] Ibid., hal. 433. Q.S Ar-Rad ayat 28
[8] Ibid., hal.285 Q.S A’raf ayat 185
[9] Ibid., hal 282. Q.S. At-Taubah ayat 111
[10] Ibnu Qayyim al-Jauziah dkk, Tazkiyatun Nufus, Ter. Imtihan asy-Syaafi’l, solo: Pustaka Arafah, 2001, hal. 35-36


0 comments:

Posting Komentar