MANAJEMEN KEPEMIMPINAN RASULULLAH
A.
Latar
Belakang
Rasulullah dalam lingkup individu, rumah tangga,
masyarakat dan bahkan dalam sebuah negara dan pemerintahan modern pertama di
dunia adalah sempurna. Yang lebih mengagumkan lagi ialah pesona kepribadian
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang sempurna itu bukan hanya
dirasakan semasa Beliau masih hidup, akan tetapi memancar cahaya dan
pengaruhnya setelah Beliau wafat dan sampai akhir zaman dan menjadi keharusan
bagi umat Islam untuk meneladaninya. Allah menjelaskan : “Sungguh ada dalam diri Rasulullah
keteladanan yang terbaik bagi kalian, yakni bagi orang yang mengharapkan
pertemuan dengan Allah dan hari akhir dan berzikir dengan banyak“ (Al-Ahzab :
21).
Sejarah mencatat Rasulullah Saw telah menanamkan kasih
sayang dalam kepemimpinannya. Jelas bagaimana cara beliau memimpin,
berinteraksi dan mendidik pengikutnya. Tak heran kejayaan Islam pertama
dipegang oleh tokoh-tokoh yang tidak diragukan lagi kapasitasnya. Kita bisa
melihat bagaimana ‘preman pasar’ semacam Umar bin Khattab yang kemudian menjadi
kepala negara yang susah dicari tandingannya di masa sekarang atau Khalid bin
Walid menjelma menjadi seorang panglima perang yang hanya seorang ‘jagoan
kampung’ dan hamba sahaya semacam Salman Al Farisi yang sebelumnya hanya
mengenal cara menanam dan merawat kurma di Madinah bisa menjadi gubernur yang
sukses di Persia. Serta bagaimana pengembala kambing seperti Abdullah bin
Mas’ud menjadi guru dan ahli tafsir Al Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Rasulullah Saw sebagai
Perencana (Planning)
Perencanaan adalah aktivitas memikirkan dan memilih rangkaian
tindakan-tindakan yang tertuju pada tercapainya maksud-maksud dan tujuan
pendidikan. Dan dalam proses perencanaan, terdapat beberapa tahap, yaitu:
1) identifikasi masalah,
2) perumusan masalah,
3) penetapan tujuan,
4) identifikasi alternatif,
5) pemilihan alternatif, dan
6) elaborasi alternatif.
Pendidikan Islam mempunyai kedudukan yang tinggi, ini
dibuktikan dengan wahyu pertama yang disampaikan Rasulullah Saw bagi
pendidikan. Beliau menyatakan bahwa pendidikan atau menuntut ilmu itu wajib
bagi setiap orang, laki-laki dan perempuan. Rasulullah Saw
diutus dengan tujuan untuk menyempurnakan akhlak manusia. Itulah
yang menjadi visi pendidikan pada masa Rasulullah Saw.
Beberapa strategi yang
dirumuskan Rasulullah Saw bersama para sahabatnya antara lain:
1) Pelaksanaan hijrah dilakukan pada
waktu malam hari;
2) Jalur hijrah melewati jalan
alternatif;
3) Saat berhijrah, para sahabat
tidak membawa harta benda yang akan menimbulkan kecurigaan dari penduduk
Mekkah;
4) Sebelum berangkat, harus
dipastikan terlebih dahulu bahwa penduduk Madinah bersedia menerima para
sahabat sebagaimana yang mereka nyatakan saat Perjanjian Aqabah I
dan II.
Pada masa-masa awal dakwah Rasulullah Saw, tepatnya
pada tahun kelima kenabian Rasulullah Saw menjadikan sebuah rumah milik al Arqam ibn al Arqam
al Makhzumi sebagai tempat pertemuan beliau dengan para sahabatnya yang saat
itu merupakan minoritas yang senantiasa dijadikan objek tekanan dan penindasan
kaum kafir Quraisy.
Menurut
analisis, setidaknya ada tiga alasan penting pemilihan rumah al Arqam, antara
lain:
1.
Al Arqam bernaung di bawah klan Bani
Makhzum yang merupakan musuh tradisional Bani Hasyim. Dengan alasan ini, akan
sangat sulit bagi kaum kafir membayangkan bahwa Rasulullah Saw yang datang dari
klan Bani Hasyim justru menggunakan rumah anggota klan Bani Makhzum.
2.
Saat itu usia al Arqam ibn al Arqam
masih sangat belia, yakni baru berusia 16 tahun, sehingga anggapan kaum kafir
akan sulit mengerti bagaimana sebuah rumah milik seorang anak muda belia akan
dijadikan pusat dakwah oleh Rasulullah Saw.
3.
Keislaman al Arqam masih belum
diketahui siapapun kecuali oleh kalangan umat Islam saat itu saja.
B.
Rasulullah SAW sebagai Pengorganisir (Organizing)
Istilah
organisasi mempunyai dua pengertian umum, yang pertama pengorganisasian diartikan
sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional. Kedua merujuk pada proses
pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan diantara
para anggota, sehingga tujuan organisasi itu dapat dicapai secara efektif.
Pada masa
Rasulullah Saw dan awal Islam terdapat beberapa lembaga yang menjadi central
pendidikan.
1. Dar Al Arqam
Rumah merupakan tempat pendidikan
awal yang diperkenalkan ketika Islam mulai berkembang di Makkah. Rasulullah Saw
menggunakannya sebagai tempat pertemuan dan pengajaran dengan para sahabat.
Bilangan kaum Muslim yang hadir pada masa awal Islam ini masih sangat kecil,
tetapi makin bertambah sehingga menjadi 38 orang yang terdiri dari golongan
bangsawan Quraisy, pedagang dan hamba sahaya. Di Dar al Arqam, Rasulullah Saw
mengajar wahyu yang telah diterimanya kepada kaum Muslim. Beliau juga
membimbing mereka menghafal, menghayati dan mengamalkan ayat-ayat suci yang
diturunkan kepadanya.
2. Masjid
Fungsi masjid selain tempat ibadah,
juga sebagai tempat penyebaran dakwah, ilmu Islam, penyelesaian masalah
individu dan masyarakat, menerima duta-duta asing, pertemuan pemimpin-pemimpin
Islam, bersidang, dan madrasah bagi orang-orang yang ingin menuntut ilmu
khususnya tentang ajaran Islam.
Di dalam masjid, Rasulullah Saw
mengajar dan memberi khutbah dalam bentuk halaqah di mana para sahabat duduk
mengelilingi beliau untuk mendengar dan melakukan tanya-jawab berkaitan urusan
agama dan kehidupan sehari-hari. Di antara masjid yang dijadikan pusat
penyebaran ilmu dan pengetahuan ialah Masjid Nabawi, Masjidil Haram, Masjid
Kufah, Masjid Basrah dan banyak lagi.
3. Al Suffah
Suffah dapat dilihat sebagai sebuah
sekolah karena kegiatan pengajaran dan pembelajaran dilakukan secara teratur
dan sistematik. Contohnya Masjid Nabawi yang mempunyai suffah yang digunakan
untuk majelis ilmu. Lembaga ini juga menjadi semacam asrama bagi para sahabat
yang tidak atau belum mempunyai tempat tinggal permanen. Mereka yang tinggal di
suffah ini disebut Ahl al Suffah.
4. Kuttab
Kuttab didirikan oleh bangsa Arab
sebelum kedatangan Islam dan bertujuan memberi pendidikan kepada anak-anak.
Namun demikian, lembaga pendidikan tersebut tidak mendapat perhatian dari
masyarakat Arab.
Rasulullah Saw sangat menyadari
pentingnya kemampuan membaca dan menulis. Ketika perang Badar usai, terdapat
sekitar 70 orang Quraisy Makkah menjadi tawanan. Rasulullah meminta
masing-masing mereka mengajari 10 orang anak-anak dan orang dewasa Madinah
dalam membaca dan menulis sebagai salah satu syarat pembebasan mereka. Dengan
demikian, dalam kesempatan ini 700 orang penduduk Madinah berhasil dientaskan
dari buta huruf. Angka ini kemudian terus membesar ketika masing-masing mereka
mengajarkan kemampuan tersebut kepada yang lain.
C.
Rasulullah Saw sebagai Pengembang Staf (Staffing)
Pengembangan
staf (staffing) ini meliputi juga pengkaderan dan pendelegasian wewenang.
Pengkaderan ini Rasulullah Saw lakukan terhadap beberapa orang sahabat yang
beliau didik dalam keagamaan. Beliau juga mendelegasikan wewenang kepada beberapa
orang sahabat yang telah diberinya ilmu yang mencukupi untuk menyampaikan dan
mengajarkan ajaran Islam kepada mereka yang belum atau baru saja memeluk agama
Islam. Rasulullah Saw pernah
mendelegasikan atau mengutus beberapa orang sebagai delegasi. Misalnya: Ja’far
bin Abu Thalib diutus untuk memimpin kaum muslim yang hijrah ke Etiopia
(Habasyah) dan menghadap kepada raja Negus.
Selain
mengutus Ja’far bin Abu Thalib, Rasulullah Saw juga pernah mendelegasikan Mus’ab bin Umair ke Madinah
(Yastrib) sebelum kaum muslim Mekkah hijrah ke Madinah, dengan tugas
mengajarkan al Qur’an kepada mereka dan berbagai pengetahuan lainnya mengenai
agama Islam. Pembinaan dan pendelegasian wewenang ini cukup efektif karena pada
gilirannya mereka juga akan membentuk kader mereka sendiri-sendiri sehingga
ajaran Islam semakin luas syiarnya.
D. Rasulullah Saw sebagai Pemimpin (Leading)
Rasulullah
Saw adalah al Qur’an yang hidup (the living Qur’an). Artinya, pada diri
Rasulullah Saw tercermin semua ajaran Al-Qur’an dalam bentuk nyata. Beliau
adalah pelaksana pertama semua perintah Allah dan meninggalkan semua
larangan-Nya.
Sekolah atau
sistem pendidikan Rasulullah Saw belum mengeluarkan pengakuan kelulusan melalui
gelar atau ijazah. Nilai tertinggi murid-murid Rasulullah Saw terletak pada
tingkat ketakwaan. Ukuran takwa terletak pada akhlak dan amal shaleh yang
dilakukan oleh masing-masing sahabat. Dengan demikian, output sistem pendidikan
Rasulullah Saw adalah orang yang langsung beramal dan berbuat dengan
ilmu yang didapat karena Allah. Dengan sistem pendidikan yang demikian dan
kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh para sahabat maka lahirlah generasi
yang dikenal sebagai salafusshalih yang disebut-sebut sebagai generasi Islam
terbaik.
Salah satu
bukti kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ‘guru’ kepemimpinan dan manajemen
modern terdapat pada diri Rasulullah Saw. Misalnya, sifat-sifat dasar
kepemimpinan menurut Warren Bennis, sebagai berikut:
1. Guiding Visoner (visioner).
Rasulullah Saw sering memberikan berita gembira mengenai kemenangan dan
keberhasilan yang akan diraih pengikutnya dikemudian hari. Visi yang jelas ini
mampu membuat para sahabat tetap sabar dan tabah meskipun perjuangan dan
rintangan begitu berat.
2. Passion
(berkemampuan kuat). Berbagai cara yang dilakukan musuh-musuh Rasulullah Saw
untuk menghentikan perjuangan beliau tidak berhasil.
Beliau tetap sabar, tabah, dan
sungguh-sungguh.
3. Integrity (integritas).
Rasulullah Saw dikenal memiliki integritas yang tinggi, berkomitmen terhadap
apa yang dikatakan dan diputuskannya, dan mampu membangun tim yang tangguh.
4. Trust (amanah). Rasulullah Saw
dikenal sebagai orang yang sangat dipercaya (al Amin) dan ini diakui oleh
sahabat-sahabat bahkan musuh-musuh beliau, seperti Abu Sufyan ketika ditanya
Hiraklius (kaisar Romawi) tentang perilaku Rasulullah Saw.
5. Curiosity
(rasa ingin tahu). Hal ini terbukti bahwa wahyu pertama yang diturunkan adalah
perintah untuk belajar (iqra’).
6. Courage (berani). Kesanggupan
memikul tugas kerasulan dengan segala resiko adalah keberanian yang luar biasa.
E.
Rasulullah Saw sebagai Pengawas (Controlling)
Controlling
atau pengawasan adalah proses pengawasan kinerja sebuah organisasi. Caranya,
dengan mengevaluasi rencana awal dan kenyataan yang terjadi. Kalau ditemukan
masalah, langkah-langkah perbaikan bisa dilakukan dengan cepat dan tepat. Oleh
karena itu, dalam setiap pengawasan harus dibarengi dengan proses pemilihan
solusi penyelesaian masalah (problem solving) yang terbaik. Dengan kata lain,
pengawasan bersifat membimbing dan membantu mengatasi kesulitan dan bukan
mencari kesalahan.
F. Sisi
Manajemen dan Leadership Rumah Tangga
Penerapan
manajamen dan leadership di rumah tangga Beliau sangatlah unik sehingga tidak
terlihat menjadi bos besar yang setiap saat dan detik wajib dilayani istri dan
pelayan yang banyak sebagaimana halnya para pemimpin dunia lainya. Manajemen
dan leadership yang beliau terapkan sangatlah sederhana, namun sangat menyentuh
sisi kemanusiaan para istri Beliau secara alami (fitrah) sehingga seakan Beliau
adalah suami biasa dan tidak terlihat sedikitpun ketinggian, apalagi keangkuhan
dalam dirinya.
Beberapa
kasus berikut dapat menjelaskan hal tersebut sebagai sebuah fakta kehidupan
rumah tangga Rasulullah yang aplikatif, bukan hanya sekedar nilai dan
teori-teori kebaikan.
1. Rasulullah meletakkan bibirnya di
tempat yang sama dengan bibir Aisyah dari gelas bekas Aisyah minum dan meminum
sisa air minuman Aisyah. (Riwayat Muslim).
2. Rasullah bersandar di pangkuan
Aisyah sedangkan ia sedang haidh. (Riwayat Muslim).
3. Rasulullah meminta Aisyah
menyisirkan rambutnya dan memotong kukunya. (Riwayat Muslim)
4. Rasulullah sering menghirup udara
malam (piknik) bersama Aisyah di malam hari. (Riwayat Al-Bukhari)
5. Rasulullah tertawa mendengar
candaan istrinya. (Riwayat Al-Bukhari)
6. Rasulullah sering membantu
istrinya menyiapkan keperluan rumah tangga. (Riwayat Al-Bukhari), dll
G.
Kepemimpinan Etika Berlandaskan Nabi Muhammad
Kepemimpinan
etika adalah kelakuan memimpin yang bersandarkan nilai-nilai etika dan
menghasilkan kebaikan untuk semua pihak berkepentingan. Trevino (2000)
mencadangkan kepemimpinan etika terdiri dari dua faktir utama yaitu pemimpin
sebagai pengurus moral (moral manage). Menelusuri watak Nabi Muhammad SAW dalam
skop model yang disarankan oleh Trevino didapati karakter sebagai manusia
bermoral dan pengurus moral telah terujud dalam diri Rasulullah SAW. Justru
watak Rasulullah boleh dijadikan model terbaik dalam mengoperasikan konsep
kepemimpinan etika.
Sifat jujur
dan amanah dalam diri seorang pemimpin akan menjadikan sesuatu autoriti dan
sumber yang diamanahkan selamat daripada disalahgunakan atau diselewengkan.
Ciri merendah diri akan menjadikan seorang pemimpin dekat dengan pekerja
(pengikutnya) dan dapat memahami sesuatu masalah dengan baik. Sifat lemah
lembut, pemaaf, dan tidak pemarah menjadikan pemimpin senang didekati,
dihormati, berorientasikan mencari penyelesaian dan bukan mencari salah dalam
menangani sesuatu isu berbangkit serta ttdk berdendam dengan pekerja. Amalan
seperti Syura akan meningkatkan komitmen dan rasa penghargaan diri dalam diri
pekerj. Justru, seorang pemimpin yang mau melaksanakan kepemimpinan beretika
perlu terlebih dahulu menjadikan diri mereka sebagai orang erakhlak dengan
mencontoh akhlak Nabi Muhammad yang sempurna.
Elemen
pengurus moral yang terdapat pada diri Rasulullah dapat dirumuskan sebagai
peranan menyuruh kebaikan dan mencegah kemungkaran (amar maaruf nahi mungkar).
Seorang pemimpin etika perlu berusaha berterusan menggalak dan membina budaya
etika di kalangan ahli organisasi melalui program berasaskan pendidikan rohani.
Ini kerana melalui iman yang teguh, seseorang akan dapat merasakan perkaitan
hubungan dengan Pencipta dan mengubah persepsi melakukan sesuatu semata-mata
kerana tuntutan pekerjaan. Sebaliknya, pekerja mampu mengaitkan setiap
perbuatan dengan hubungan ketuhanan. Sehubungan itu, mekanisme kawalan kendiri
yang berteraskan sumber dalaman setiap individu dapat direalisasikan. Oleh yang
demikian, seorang pemimpin yang mahu melaksanakan kepemimpinan etika perlu
menggalakkan amalan nilai-nilai murni dan menyediakan persekitaran yang
merangsang pilihan kelakuan yang beretika di kalangan ahli, seperti merangka
sistem penilaian prestasi dan imbuhan yang menggalakkan kelakuan etika ahli,
program pendidikan jiwa yang berterusan dan kepimpinan berteladan.
Berbeda
dengan model Trevino et al. (2000), binaan model kepemimpinan etika berteraskan
watak Rasulullah SAW telah mewujudkan elemen berkaitan hablun min Allah
(hubungan dengan Allah). Model Trevino et al. (2000) hanya terhadap kepada
hablun min al-nas (hubungan dengan manusia) yang menuntut seorang pemimpin
etika untuk menjadi manusia bermoral dan pengurus moral. Elemen ubudiyyah, yang
dilambangkan oleh sifat zuhud, tawaduk dan takwa kepada Allah, menjadi faktor utama
yang mendorong pemimpin berperanan sebagai manusia bermoral dan pengurus moral
secara konsisten. Ini karena, bagi memotivasikan kemahuan bertindak sebagai
manusia bermoral dan pengurus moral, satu penaakulan moral (moral reasoning)
tertentu diperlukan. Penaklukan moral bermaksud memberi alasan (justifikasi)
bagi memandu pilihan tindakan moral individu. Menurut Kohlberg, kualiti alasan
moral berkembang seiring dengan tahap pembangunan moral yang dialami individu
(Velasquez 2002). Individu yang mencapai tahap pembangunan moral yang tinggi
akan memilih perlakuan etika secara konsisten. Ini disebabkan pilihan perlakuan
tersebut disandarkan kepada ‘alasan’ yang matang dan tinggi kualitasnya.
Terdapat
tiga tahap asas dalam pembangunan moral manusia yaitu (Velasquez 2002):
1. Tahap pertama: Pra-konvensional
Pada tahap pra-konvensional, motif
moral individu berada pada tahap yang paling rendah. Pilihan untuk mengamalkan
etika karena semata-mata takut hukuman atas pihak atasan yang lebih berkuasa.
2. Tahap Kedua: Konvensional
Pada peringkat ini, individu
mencapai tahap alasan yang lebih matang. Kelakuan etika dilakukan sebagai
menunjukkan kesetiaan dan kepatuhan kepada norma-norma yang dikehendaki oleh
kumpulan.
3. Tahap Ketiga: Pasca Konvensional
Pada peringkat ini individu mencapai
tahap alasan yang paling tinggi nilai kematangan moralnya. Pilihan perlakuan
etika dilakukan semata-mata karena ia adalah prinsip sejagad yang betul untuk
dilakukan tanpa bersandar kepada sembarang alasaan lain.
Elemen ubudiyyah adalah
alasan yang melampaui sempadan tahap pasca konvensional. Ini karena ubudiyyah
melibatkan perasaan sadar tentang kedudukan diri yang sangat rendah berbanding
satu kuasa yang lebih tinggi (Pencipta). Ia tidak hanya berdasarkan alasan
sejagat sebaliknya ia adalah alasan berkaitan hubungan manusia dan Tuhannya.
Oleh yang demikian, ubudiyyah ialah satu alian yang memiliki kualitas tinggi
dan mendorong individu untuk beretika secara konsisten. Ubudiyyah menyediakan
jawaban sempurna bagi persoalan seperti ‘mengapa individu perlu beretika, apa
yang individu dapat dengan bertindak etika dan mengapa perlu mendorong orang
lain menjadi etika’. Motif tindakan moral individu akan dikaitkan secara
langsung kepada tujuan mengekalkan hubungan baik dengan Tuhan. Sehubungan itu,
kepemimpinan etika syumul yang merangkumi hablun min Allah dan hablun min
al-nas dapat diwujudkan dan dikonsep semula sebagai kepemimpinan
amar-makruf nahi-mungkar berasaskan prinsip kehambaan kepada Tuhan.
Kepemimpinan amar-makruf nahi-mungkar adalah kepemimpinan:
1. Berasaskan rasa ubudiyyah yang
tinggi terhadap Pencipta;
2. Mendidik manusia menjadi manusia
(sama ada pihak yang memimpin atau dipimpin) yang baik. Pihak pemimpin perlu
mengekalkan diri sebagai manusia berakhlak dan menjadi contoh pertama kepada
setiap amalan mulia dalam organisasinya. Pemimpin juga perlu mendidik pengikut
(ahlinya) secara berterusan untuk menjadi manusia yang baik;
3. Menghindari kemungkaran
(kejahatan). Pemimpin perlu sentiasa menjauhi diri daripada perkara kejahatan
(mungkar) dan mewujudkan persekitaran (keadaan) organisasi yang dapat
menghindar pengikut (ahlinya) daripada melakukan kejahatan; dan Menghasilkan
natijah (output) yang baik untuk semua pihak dan meliputi faedah di dunia dan
akhirat.
Model
kepemimpinan etika berlandaskan sirah Nabi Muhammad adalah sumbangan kepada
usaha islamisasi ilmu pengetahuan, iaitu dengan mengembalikan ilmu kepada asas
tauhid. Justeru pengkaji akan datang disarankan agar menguji model secara
empirikal dan membuat perbandingan impak kepemimpinan daripada dua model
berbeza (model barat dan model Islam). Pengkaji akan datang juga disarankan
mengguna-pakai kerangka konsep yang dibincangkan bagi membina instrumen
mengukur konsep kepemimpinan etika terutama dalam kajian-kajian yang melibatkan
unit analisis organisasi atau individu Muslim.
H. Nabi
Muhammad Sebagai Hamba Taat Moral
Sifat diri
nabi selalu kepada perlakuan terpuji sesama manusia, sebaliknya meliputi ciri
yang menjadikan baginda sentiasa terikat kepada Penciptanya. Sifat zuhud, taqwa
dan tawadduk adalah sifat diri yang meletakkan diri baginda sebagai hamba Allah
yang sangat taat (ubudiyyah) (‘Aidh 2010; Muh. Alwy 2002).
Sifat diri
nabi tidak terhad kepada perlakuan terpuji sesama manusia, sebaliknya meliputi
ciri yang menjadikan baginda sentiasa terikat kepada Penciptanya. Sifat zuhud,
taqwa dan tawadduk adalah sifat diri yang meletakkan diri baginda sebagai hamba
Allah yang sangat taat (ubudiyyah) (‘Aidh 2010; Muh. Alwy 2002).
Hadis yang
diriwayatkan oleh Al-Bukhari:
Kami tidak pernah mewariskan kekayaan. Segala harta benda yang kami
tinggalkan adalah sebagai sedekah
Sifat
tawaduk ialah rasa malu dan sentiasa mengagungkan Allah disebabkan sangat
mengenali kehebatan Allah. Seseorang yang tawaduk akan memandang ringan dan
remeh segala kehebatan dunia seperti pangkat, harta, status dan kedudukan
disebabkan kesedaran tinggi tentang kehebatan Allah. Sifat tawaduk yang ada
pada diri Nabi Muhammad SAW telah menyebabkan baginda sentiasa berbelas kasihan
dan melayan baik orang-orang yang lemah, bersahabat dengan rakyat jelata tanpa
melihat perbedaan taraf, bergaul mesra dengan masyarakat termasuk fakir miskin
dan mengamalkan cara hidup yang sederhana (low profile).
Sifat takwa
bermaksud rasa takut terhadap Allah dan didorong juga oleh kenalnya seseorang
kepada Tuhannya. Hal yang demikian dijelaskan oleh Nabi dalam sabda yang
diriwayatkan daripada Al-Bukhari dari Aisyah:
Sesungguhnya orang yang paling bertakwa dan orang yang paling mengetahui
Allah itu adalah aku.
Rasa takwa
akan mendorong individu untuk memilih perlakuan yang diizinkan Allah dan
meninggalkan segala yang ditegahNya. Menurut Anas bin Malik, Nabi pernah
berkhutbah menyatakan “sekiranya
kalian mengetahui apa yang aku ketahui, nescaya akan sedikit tertawa dan banyak
kalian menangis…syurga dan neraka telah diperlihatkan dengan jelasnya kepadaku,
maka tak pernah aku mengalami hari sebaik tapi juga seburuk hari ini, kalau
sekiranya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, nescaya kalian akan sedikit
tertawa dan banyak menangis…”
I. Karakteristik Kepemimpinan Rasulullah
Kepemimpinan
Rasulullah memiliki berbagai macam kelebihan, keunikan dan ciri khas yang sangat
meonjol dibandingkan gaya pemimpin lainnya, seperti yang diungkapkan oleh G.
Hart bahwa dengan karekteristik tersebut Hart memasukkan rasulullah sebagai
orang nomor satu yang paling berpengaruh di Dunia. Bahkan
dalam segala aspek kehidupan Rasulullah selalu unggul. Tidak ada di dunia ini
pemimpin yang ucapan, perkataan dan perbuatannya dibukukan hingga
berjilid-jilid banyaknya seperti Rasulullah.
1. Ketuhanan
Ciri utama
dan pertama dari kepemimpinan Rasulullah adalah manajemen yang didasarkan oleh
nilai-nilai yang diajarkan oleh Allah SWT. Nilai-nilai yang dihimpun selama 22
tahun 2 bulan 22 hari. Yang kemudian dikenal dengan nama Al-Qur’an.
Turunnya
Al-Qur’an secara bertahap inilah yang kemudian menjadi panduan Rasulullah dalam
mengelola dakwahnya. Memeberikan arahan dan pedoman untuk mewujudkan visi Islam
di muka bumi seperti dalam Al-qur’an “
Dialah (Allah) yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang
benar agar Dia menenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musrik
membenci. ( Ash-shaf: 9)
Inilah visi dakwah
Rasulullah menjadi pemenang dalam masalah agama. Yaitu dalam kalimat tauhid, aqidah,
penyembahan dan pengabdian yang benar kepada Allah.
Visi lainnya
yaitu menjadikan Rasulullah pemenang dalam masalah keduniaan, sehingga Islam
dan ummatnya menjadi winner dan champion sejati. Menjadi sebaik-baik umat dan
sebaik-baik makhluk (khoirul bariyah) dimuka bumi.
Namun Allah
Juga mengajarkan kepada Rasulullah visi yang konprehensif yaitu visi untuk
menjadi champion di dunia dan akhirat seperti firman Allah : “ Dan diantara mereka ada orang yang berdoa:
“ Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebakan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa api neraka.” (Al-Baqarah: 201)
Visi yang
bernafaskan keTuhanan inilah yang menjadikan kepemimpinan Rasulullah sukses
secara gemilang dalam segala aspek kehidupan. Baik dalam aspek agama, moral,
ekonomi, pemikiran, militer, sosial, seni dan budaya. Baik masalah pribadi,
keluarga, masyarakat, Negara hingga hubungan international.
2. Universal
Kepemimpinan
Rasulullah adalah kepemimpinan yang menyeluruh baik sisi waktu maupun tempat. Sehingga
kepemimpinan Raslullah dapat diterapkan dimana saja, kapan saja dan oleh siapa
saja.
a. Seorang guru dapat mencontoh
Rasulullah dalam mengelola murid-muridnya, karena kepemimpinan Rasulullah
terbukti menghasilkan murid-murid yang luar biasa semisal Abu Bakar, Umar,
Ustman dan Ali.
b. Seorang jenderal dapat mencontoh
kepemimpinan Rasulullah dalam melahirkan prajurit-prajurit yang hebat semacam
Khalid bin Walid dan Usamah.
c. Seorang ilmuwan dapat mencontoh
Rasulullah dalam melahirkan ilmuwan dan para pemkir ulung, semisal Umar yang
terkenal dengan ijtihat-ijtihatnya yang brilian, Abu Hurairah dengan kekuatan
hafalannya dalam mengumpulkan hadis.
d. Dalam mendidik manusia sederhana,
wara’ (hati-hati), tawadu’ (rendah hati) kita tempatkan pada murid-murid
Rasulullah lainnya. Semisal Abu Dzar Al-Ghifari, Ali, Bilal, dan Abdullah umi
maktum.
Hampir 100
persen murid-murid Rasulullah yaitu para sahabat memiliki karekteristik yang
unik dan bersejarah berkat kepiawaian beliau dalam memimpin umatnya
3. Humanis
Kepemimpinan
Rasulullah adalah kepemimpinan yang humanis yaitu kepemimpinan yang sesuai dan
selaras dengan kehidupan manusia. Karena Rasulullah adalah manusia biasa.
Sehingga semua sikap, perilaku dan prestasinya dapat kita contoh. Dalam firman
Allah disebutkan: “ Katakanlah;
Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku, “
Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barang siapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh
dan janganlah ia mempersekutukan seseorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.
(al-Kahfi: 110)
Pernah suatu
kali seorang nenek datang kepada Rasulullah dan mohon agar ia masuk surga
bersama Rasulullah. Nabi menjawab, “Wahai
hamba Allah, sesungguhnya surga tidak bisa dimasuki oleh orang tua,”Langsung
saja nenek tersebut pergi sambil menagis. Kemudian Rasulullah memanggilnya dan
berkata, “ Engkau tidak masuk surga dalam keadaan tua bangka, sebab Allah akan
membangkitkan kembali para wanita tua dalam usia yang masih muda.”
4. Relistis
Adanya
asbabun nuzul ini membuktikan bahwa ayat Al-Qur’an turun berkaitan dengan
kehidupan riil Rasulullah dan sahabatnya dalam menjawab berbagai permasalahan
kehidupan.
Contohnya
adalah sebab turunnya surat Al-Lahab yang berkenaan dengan Abu Lahab. “ Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa suatu
ketika Rasulullah naik ke bukit Shafa sambil berseru: “Mari berkumpul pada pagi
hari ini!” maka berkumpullah kaum Quraisy. Rasulullah bersabda: “Bagaimana
pendapat kalian, sendainya aku beritahu bahwa musuh akan datang besok pagi atau
petang, adakah kalian percaya padaku?” kaum quraisy menjawab: “Pasti kami
percaya.” Rasulullah bersabda:” Aku peringatkan kalian bahwa siksa Allah yang
dahsat akan datang.” Berkata abu Lahab:”Celakalah engkau! Apakah hanya untuk
ini, engkau kumpulkan kami?” Maka turunlah ayat ini berkenaan dengan peristiwa
yang melukiskan bahwa kecelakaan itu akan terkena kepada orang yang menfitnah
dan menghalang-halangi agama Allah. (HR. Al-Bukhari dan lainnya yang bersumber
dari Ibnu Abbas).
5. Harmonis
Dalam kisah
perang Badar pasukan Rasulullah yang berjumlah 300 orang dengan peralatan yang
sederhana, namun mampu mengalahkan pasukan quraisy yang berjumlah tiga kali
lipat dengan berbagai peralatan perang yang canggih.
Ternyata
Rasulullah sangat memahami bahwa kekuatan intelektual adalah faktor yang paling
menentukan dalam perang maupun kerja. Karena itulah Rasulullah lebih
memprioritaskan pembinaan personil dari pada unsur-unsur manajemen lainnya.
Kemudian unsur-unsur itu diramu menjadi suatu kekuatan yang dahsyat.
6.
Berkeadilan
Yang
dimaksud dengan keadilan yaitu memberikan tugas, hak, kewajiban dan kewenangan
sesuai dengan kompetensi, kapasitas, kapabilitas, hak dan kewajibannya.
Rasulullah
adalah manusia yang paling adil dalam memperlakukan pengikutnya. Bahkan
terhadap musuh, hewan dan tumbuhan sekalipun. Sebagi contoh perkataan
Rasulullah “Sekiranya Fathimah binti
Muhammad mencuri maka saya akan potong tangannya.”
7. Mudah
Kepemimpinan
Rasulullah adalah kepemimpinan yang mudah. Tidak rumit dan tidak memberatkan
dan tidak berlebihann. Karena semuanya telah diukur dan di format sesuai dengan
kapasitas dan kapabilitas manusia.[15] Apapun jabatan saat ini, maka dapat
diambil kemudahan dari kepemimpinan Rasulullah, seperti perkaan beliau “ Permudahlah wahai
saudaraku, jangan engkau persulit.”
Itulah ruh
dan inti kepemimpinan Rasulullah yaitu dalam rangka memberikan kemudahan dan
memberi kabar gembira kepada umatnya karena itulah kepemimpinan
Rasulullah sangat compatible dengan fitrah manusia
8. Dinamis
Dinamika
Kepemimpinan Rasulullah ini berkaitan dengan banyak sisi kehidupan. Mulai
dari masalah keluarga, agama hingga masalah Negara. Dalam peperangan misalnya Rasulullah
melakukan 62 kai peperangan. Dengan rincian 35 kali peperangan yang dilakukan oeh
pasukan Rasulullah tampa kehadiran beliau. Dan 27 kali peperangan dihadiri oleh
beliau langsung, 9 diantaranya beliau yang menjadi panglima perang.
Dalam
kondisi yang seperti itu tentu dibutuhkan seorang pemimpin yang dinamis. Karena
sebagai kepala Negara, Rasulullah bukan hanya berperang, namun juga mengurus
pendidikan, mendidik dan membina istri, menantu, cucu dan para sahabat. Beliau
juga harus mengurus anak yatim, membangun ekonomi dan masyarakat Islam agar
menjadi rahmat bagi semesta alam.
Rasulullah
adalah pemimpin Hebat dan sukses disegala bidang seperti halnya diungkapkan
oleh J.G. Schott “Orang-orang Arab dulunya bercerai-berai, berpecah belah,
setelah dipimpin oleh Muhammad dapat menjadi golongan yang bersatu. Ada juga
ungkapan dari Amanual D.S., “Hanya dia (Muhammad) itulah yang mengajarkan
kemanusiaan orang-orang Eropa dengan kitabnya yang bernama Al-Qur’an.
J. Moral Kepemimpinan Rasulullah
Sejak
pengujung abad yang lalu hingga sekarang, diskursus mengenai pemimpin atau
kepemimpinan mencuat ke permukaan. Ada dua penyebabnya. Pertama, banyak
pemimpin dalam berbagai bidang terlibat pelanggaran moral. Kedua, mungkin
karena usianya yang makin menua, dunia kita sekarang tak kuasa lagi melahirkan
pemimpin-pemimpin besar (great leader) seperti pada masa-masa terdahulu.
Kenyataan
ini dikeluhkan oleh Jeremie Kubicek
(2011) dalam bukunya yang kontroversial, “Leadership is Dead: How Influence is
Riviving it” (kepemimpinan telah mati: bagaimana pengaruh yang merupakan inti
kepemimpinan bisa dihidupkan kembali). Dikatakan, pemimpin sekarang lebih
banyak menuntut (getting), bukan memberi (giving), menikmati (senang-senang),
bukan melayani (susah-payah), dan banyak mengumbar janji, bukan memberi bukti.
Dalam fikih politik Islam, moral yang
menjadi dasar kebijakan dan tindakan pemimpin adalah kemaslahatan bangsa.
Dikatakan tasharruf al-imam `ala al-ra`iyyah manuthun bi al-mashlahah (tindakan
pemimpin atas rakyat terikat oleh kepentingan atau kemaslahatan umum). Jadi,
pemimpin wajib bertindak tegas demi kebaikan bangsa, bukan kebaikan diri dan
kelompoknya semata.
Kaidah ini
diturunkan dari moral kepemimpinan Nabi SAW seperti disebutkan dalam Alquran.
Firman Allah, “Sungguh telah datang
kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu,
sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS al-Taubah [9]: 128).
Tiga sifat
(moral) kepemimpinan Rasulullah berdasarkaan ayat tsb.
1. Pertama,
azizin alaihi ma anittum (berat dirasakan oleh Nabi penderitan orang lain).
Dalam bahasa
modern, sifat ini disebut sense of crisis, yaitu kepekaan atas kesulitan rakyat
yang ditunjukkan dengan kemampuan berempati dan simpati kepada pihak-pihak yang
kurang beruntung. Secara kejiwaan, empati berarti kemampuan memahami dan
merasakan kesulitan orang lain. Empati dengan sendirinya mendorong simpati,
yaitu dukungan, baik moral maupun material, untuk mengurangi derita orang yang
mengalami kesulitan.
2. Kedua,
harishun `alaikum (amat sangat berkeinginan agar orang lain aman dan sentosa).
Dalam bahasa
modern, sifat ini dinamakan sense of achievement, yaitu semangat yang
mengebu-gebu agar masyarakat dan bangsa meraih kemajuan. Tugas pemimpin, antara
lain, memang menumbuhkan harapan dan membuat peta jalan politik menuju
cita-cita dan harapan itu.
3. Ketiga,
raufun rahim (pengasih dan penyayang).
Allah SWT
adalah Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Nabi Muhammad SAW
adalah juga pengasih dan penyayang. Orang-orang beriman wajib
meneruskan kasih sayang Allah dan Rasul itu dengan mencintai dan mengasihi umat
manusia. Kasih sayang (rahmah) adalah pangkal kebaikan. Tanpa kasih sayang,
sulit dibayangkan seseorang bisa berbuat baik. Kata Nabi,“Orang yang tak memiliki kasih sayang, tak
bisa diharap kebaikan darinya.”
Bagi ulama
besar dunia, Rasyid Ridha, tiga moral ini wajib hukumnya bagi pemimpin. Karena,
tanpa ketiga moral ini, seorang pemimpin, demikian Ridha, bisa dipastikan ia
tidak bekerja untuk rakyat, tetapi untuk kepentingan diri, keluarga, dan
kelompoknya saja. Maka, betapa pentingnya moral
pemimpin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Rasulullah telah melaksanakan prinsip-prinsip manajemen jauh sebelum negara
Eropa mengenal dan melaksanakan prinsip tersebut, prinsip manajemen yang
dijalankan Rasulullah tersebut adalah Perencanaan, Pengorganisasian,
Pengembangan Staf, Kepemimpinan, Pegawasan.
2.
Kepemimpinan etika berlandaskan Nabi Muhammad merupakan Elemen pengurus moral
yang terdapat pada diri Rasulullah dapat dirumuskan sebagai peranan menyuruh
kebaikan dan mencegah kemungkaran (amar maaruf nahi mungkar). Seorang pemimpin
perlu berusaha berterusan menggalak dan membina budaya etika di kalangan ahli
organisasi melalui program berasaskan pendidikan rohani.
3.
Karakteristik kepemimpinan Rasululah, yaitu ketuhanan, universal, humanis,
realistis, harmonis, berkeadilna, mudah, dinamis
4. Moral
kepemimpinan Rasulullah yaitu azizin alaihi ma anittum, harishum alaikum,
raufun rahim
DAFTAR PUSTAKA
https://adnantandzil.blogspot.com/Manajemen-kepemimpinan-Rasulullah
http://www.eramuslim.com/editorial/manajemen-dan-leadership-rasulullah-saw-1.htm#.UzuAwj-Sxw8.
http://mahluktermulia.wordpress.com/2010/12/05/manajemen-rasulullah-saw-dalam-bidang-pendidikan/
http://www.ukm.my/jhadhari/makalah/v3n22011/makalah-v3n2-n2.pdf
http://edysutrisno.blogspot.com/2011/09/makalah-model-kepemimpinan-nabi.html
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/03/15/m0wptb-inilah-tiga-moral-kepemimpinan-rasulullah-saw.

0 comments:
Posting Komentar